PENGERTIAN
Manusia di
samping sebagai mahluk pribadi juga sebagai mahluk sosial yang pada suatu waktu
juga berhubungan dengan manusia lain, terkadang juga tergabung dalam suatu
kelompok baik kelompok kumpulan orang-orang yang cukup besar maupun dalam suatu
massa.
Massa (mass)
atau crowd adalah suatu bentuk kumpulan (collection) individu-individu,
dalam kumpulan tersebut tidak terdapat interaksi dan dalam kumpulan tersebut
tidak terdapat adanya struktur dan pada umumnya massa berjumlah orang banyak
dan berlangsung lama.
1)
Massa menurut Gustave Le Bon (yang
dapat dipandang sebagai pelopor dari psikologi massa) bahwa massa itu merupakan
suatu kumpulan orang banyak, berjumlah ratusan atau ribuan, yang berkumpul dan
mengadakan hubungan untuk sementara waktu, karena minat dan kepentingan yang
sementara pula. Misal orang yang melihat pertandingan sepak bola, orang melihat
bioskol\p dan lain sebagainya.
2)
Massa menurut Mennicke (1948) mempunyai
pendapat dan pandangan yang lain shingga ia membedakan antara massa abstrak dan
massa konkrit.
1. Massa
Abstrak adalah sekumpulan orang yg belum terikat satu kesatuan, norma, motif
dan tujuan tertentu. Terbentuk karena : ada kejadian yg menarik, ancaman
terhadap individu dan adanya kebutuhan yg tidak terpenuhi.
2. Massa
Konkrit adalah massayang mempunyai ciri-ciri
a.
Adanya ikatan batin, ini dikarenakan
adanya persamaan kehendak, persamaan tujuan, persamaan ide, dan sebagainya.
b.
Adanya persamaan norma, ini
dikarenakan mereka memiliki peraturan sendiri, kebiasaan sendiri dan
sebagainya.
c.
Mempunyai struktur yang jelas, di
dalamnya telah ada pimpinan tertentu. Antara massa absrak dan massa konkrit
kadang-kadang memiliki hubungan dalam arti bahwa massa abstrak dapat
berkembang atau berubah menjadi konkrit, dan sebaliknya massa konkrit
bisa berubah ke massa abstrak. Tetapi ada kalangan massa abstrak bubar tanpa
adanya bekas. Apa yang dikemukakan oleh Gustave Le Bon dengan massa dapat
disamakan dengan massa abstrak yang dikemukakan oleh Mennicke, massa seperti
ini sifatnya temporer, dalam arti bahwa massa itu dalam waktu yang singkat akan
bubar.
3. Massa menurut Park dan Burgess (Lih. Lindzey, 1959)
membedakan antara massa aktif dan massa pasif.
a.
Massa aktif (mob) yaitu massa yang
terbentuk karena telah terbentuknya tindakan nyata seperti demonstrasi dan
perkelahian missal.
b. Massa Pasif (audience) yaitu kumpulan
orang yg belum melakukan tindakan nyata, misal : orang-orang berkumpul
mendengarkan ceramah, mengikuti seminar dan nonton pertandingan basket
Sifat-Sifat
Massa
Menurut Gustave
le Ban, massa itu mempunyai sifat-sifat psikologi tersendiri. Orang yang
bergabung dalam suatu massa akan berbuat sesuatu, yang perbuatan tersebut tidak
akan dilakukan bila individu itu trkadang dalam suatu massa. Sehingga massa itu
akan mempunyai daya melarutkan individu dalam suatu massa, malarutkan individu
dalam jiwa massa. Seperti dikemukakan oleh Durkheim bahwa adanya individual
mind dan collective mind, yang berbeda satu dengan yang lain. Menurut Gustave
Le Bon dalam massa itu terdapat apa yang dinamakan hukum mental unity atau low
of mental unity (yaitu bahwa dalam massa adanya kesatuan mind,
kesatuan jiwa, seperti yang dikemukakan olehnya, sebagai berikut:
Whoever be the individuals that compose it, however like ot unlike be their mode of life, thei occupations, their character, or their intellegiences, the fact that they have been transformed into a crowd puts them in possession of collective mind.
Sedangkan
menurut Allport sekalipun kurang dapat
menyetujui tntang collective mind, tetapi dapat mamahami tentang pemikiran
adanya kesamaan (conformity), tidak hanya dalam hal berfikir dan
kepercayaan, tetapi juga dalam hal kepercayaan (feeling) dan dalam
perbuatan yang menampak (overt behaviour). Sedangkan Mc. Dougall
menekankan pada adanya homogenity dalam panic (escape mob) seperti yang
dikemukakannya:
“there is one kind of objecct in the presence of which no man t\remains indifferent and shich evokes in almost all men the same emotion, namely, inpending danger, hence the sudden appearance of imminent danger the characteristic and terrible phenomena of a panic.
Di
sampingmsifat-sifat yang telah disebukan di atas massa itu masih mempunyai
sifat-sifat antara lain, yaitu:
a.
Impulsif, ini beratti massa itu akan
mudah memberikan respons terhadap rangsang atau stimulus yang diterimanya.
Karena sifat impulsifnya ini, maka massa itu ingin bertindak cepat sebagai
reaksi terhadap stimulus yang diterimanya.
b.
Mudah sekali tersinggung. Karena
massa itu mudah sekali tersinggung, maka untuk membangkitkan daya gerak massa
diperlukan stimuli yang dapat menyinggung perassan massa yang bersangkutan.
c.
Sugestibel, ini berarti bahwa
massa itu dapat mudah menerima sugesti dati luar.
d.
Tidak rasional, karena massa itu
sugestibel, maka massa itu dalam berindak tidak rasional, dan mudah dibawa oleh
sentimen-sentimen.
e.
Adanya social facilitation (F.
Allport) yaitu adanya suatu penguatan aktivitas, yang disebabkan karena adanya
aktivitas individu lain. Perbuatan individu lain dapat merangsang/ menguatkan
perbuatan individu lain yang trgabung dalam massa itu. Menurut Tarde disebut imitation,
sedangkan menurut Sighele disebut sugestion, dan menurut Gustave Le Bon sebagai Contagion and suggestion,
dan dalam suasana ini terdapat suasana hipnotik (Lih. Lindzey, 1959)
Latar Belakang Psikologis Timbulnya
Massa
Banyak teori yang
mengupas tentang struktur pribadi manusia, salah satu pendapat yang dikemukakan
oleh Freud menyatakan bahwa struktur pribadi manusia itu terdiri dari tiga
bagian yaitu:
1.
Das Es atau The Id yaitu
berupa dorongan-dorongan, nafsu-nafsu yang pada dasarnya itu semua membutuhkan
pemenuhan, ingin muncul, ingin keluar.
2.
Das Ich atau The Ego,
yaitu merupakan sinsor untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya, teruatama
dengan norma-norma yang ada, di sini berfungsinya pikiran.
3.
Das Uber Ich atau The Super Ego,
merupakan kata hati yang berhubungan dengan moral baik buruk.
Bila das es mau
keluar, tetapi tidak diperbolehkan oleh das ich karena
tidak sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat, maka
dorongan-dorongan/ das es kemudian ditekan masuk
dalam kompleks tersedak, masuk dalam bawah sadar. Apa yang masuk dalam kompleks
tidak mai, tidak hilang, tetapi dalam keadaan laten kompleks terdesak ke
permukaan. Ke alam sadar pemunculan tersebut terjadi bila sensor yaitu das ich dalam
keadaan tidak aktif atau kurang baik berfungsinya.
Dalam kehidupan
bermasyarakat adanya norma-norma atau aturan-aturan tertentu, yang merupakan
pedoman-pedoman atau batasan-batasan yang membatasi gerak atau perilaku anggota
masyarakat. Maka dengan adanya norma-norma tersebut, sebagai anggota masyarakat
baik tidak dapat berbuat seenaknya. Jadi ini berarti bahwa norma-norma itu
berfungsi menghalangi dorongan-dorongan yang ingin mendapat pemuasan, karena the ego yang
berfungsi menyesuaikan dengan keadaan lingkungan, yaitu menyesuaikan dengan
norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Aras dasar
uaraian tersebut di atas, dapat dikemukakan salah satu analisis mengenai
perbuatan massa adalah berdasarkan atas faktor psikologis yang mendasarinya.
Yaitu orang bertindak dalam massa adalah berdasarkan atas dorongan-dorongan
atau keinginan-keinginan dan sebagainya yang muncul dari bawah sadar yang
semula ditekannya. Karena itu, bila banyak hal yang ditekan merupakan suatu
pertanda yang kurang baik, sebab pada suatu waktu dapat muncul di permukaan bila
keadaan memungkinkan.
Berkaitan
dengan hal tersebut, dapat diambil langkah-langkah untuk pencegahannya yaitu
sebagai berikut:
1) Menghindari
hal-hal yang sekiranya dapat menimbulkan kekecewaan/ frustasi karena hal
tersebut dapat menyebabkan sumber terjadinya massa aktif.
2) Menampung
pendapat-pendapat yang ada permasalahan agar dapat segera diatasi.
3) Sebagai
pemimpin yang baik harus dapat memberikan contoh kepada yang dipimpinnya, sebab
pemimpin adalah sebagai tempat identifikasi dari yang dipimpinnya.
4) Sebagai seorang
pemimpin sebaiknya bila memberikan janji-janji maka haruslah ditepati, jika
tidak dapat menepati janji maka jangan memberikan janji agar tidak menimbulkan
frustasi.
Tetapi apabila
telah terjadi gerakan massa (massa aktif) maka pimpinan yang dikehendaki adalah
pimpinan yang tegas, tidak ragu-ragu dan berani bertindak. Pimpinan yang
ragu-ragu akan membuat massa menjadi kacau dan kehilangan arah, karena itu ada
pendapat yang menyatakan bahwa barang siapa yang berani muncul di tengah-tengah
massa, maka dialah yang akan memegang massa itu.
PERILAKU KOLEKTIF
Perilaku kolektif yang berupa gerakan
sosial, seringkali muncul ketika dalam interaksi sosial itu terjadi situasi
yang tidak terstruktur, ambigious (ketaksaan/ membingungkan), dan tidak stabil.
Reicher & Potter (1985) mengidentifikasi
adanya lima tipe kesalahan mendasar dalam psikologi tentang kerumunan (perilaku
massa) di masa lalu dan masa kini. Kesalahan-kesalahan itu, meliputi yaitu:
1)
abstraksi tentang episode kerumunan bersumber dari
konflik antar-kelompok,
2)
kegagalan untuk menjelaskan proses dinamikanya,
3)
terlalu dibesar-besarkannya anonimitas keanggotaannya,
4)
kegagalan memahami motif anggota kerumunan, dan
5)
selalu menekankan pada aspek negatif dari kerumunan.
Reicher (1987), Reicher & Potter (1985) selama
ini melihat adanya dua (2) bentuk bias dalam memandang teori kerumunan (crowds)
yaitu bias politik dan bias perspektif. Bias politik terjadi karena teori
kerumunan disusun sebagai usaha mempertahankan tatanan sosial dari mob dan
tindakan kerumunan selalu dipandang sebagai konflik sosial. Sementara itu bias
perspektif terjadi karena para ahli hanya berperan sebagai orang luar (outsider)
yang hanya mengamati masalah tersebut. Akibatnya, terjadi kesalahan dalam
memandang tindakan kerumunan secara objektif.
KONDISI-KONDISI PEMBENTUK PERILAKU MASSA
Neil Smelser mengidentifikasi beberapa kondisi yang
memungkinkan munculnya perilaku kolektif , diantaranya:
1.
Structural conduciveness: beberapa struktur
sosial yang memungkinkan munculnya perilaku kolektif, seperti: pasar, tempat
umum, tempat peribadatan, mall, dst.
2.
Structural Strain: yaitu munculnya ketegangan
dlam masyarakat yang muncul secara tersturktur. Misalnya: antar pendukng
kontestan pilkada.
3.
Generalized beliefs : share interpretation of event
(kepercayaan yg sama terhadap sebuah acara), misalnya perkumpulan ceramah
agama.
4.
Precipitating factors: ada kejadian pemicu (triggering
incidence). Misal ada pencurian, ada kecelakaan.
5.
Mobilization for actions: adanya mobilisasi
massa. Misalmya : aksi buruh, rapat umum suatu ormas, dst.
6.
Failure
of Social Control – akibat
agen yang ditugaskan melakukan kontrol sosial tidak berjalan dengan baik.
MACAM-MACAM BENTUK PERILAKU KOLEKTIF
A. CROWD (KERUMUNAN)
Secara deskriptif Milgram (1977) melihat kerumunan (crowd)
sebagai
1.
Sekelompok orang yang membentuk agregasi
(kumpulan),
2.
Jumlahnya semakin lama semakin meningkat,
3.
Orang-orang ini mulai membuat suatu bentuk baru
(seperti lingkaran),
4.
Memiliki distribusi diri yang bergabung pada suatu saat
dan tempat tertentu dengan lingkaran (boundary) yang semakin jelas,
dan
5.
Titik pusatnya permeable dan saling mendekat.
Ada beberapa bentuk kerumunan (Crowd) yang ada dalam
masyarakat:
1.
Temporary Crowd : orang yang berada pada situasi
saling berdekatan di suatu tempat dan pada situasi sesaat.
2.
Casual Crowd :
sekelompok orang yang berada di ujung jalan dan tidak memiliki maksud apa-apa.
3.
Conventional Crowd : audience yang sedang mendengarkan
ceramah.
4.
Expressive Crowd: sekumpulan orang yang sedang
nonton konser musik yang menari sambil sesekali ikut melantunkan lagu.
5.
Acting Crowd atau rioting
crowd : sekelompok massa
yang melakukan tindakan kekerasan.
6.
Solidaristic Crowd: kesatuan massa yang
munculnya karena didasari oleh kesamaan ideologi
B. MOB :
Adalah kerumunanan (Crowds) yang
emosional yang cenderung melakukan kekerasan/penyimpangan (violence) dan
tindakan destruktif. Umumnya mereka melakukan tindakan melawan tatanan sosial
yang ada secara langsung. Hal ini muncul karena adanya rasa ketidakpuasan,
ketidakadilan, frustrasi, adanya perasaan dicederai oleh institusi
yang telah mapan atau lebih tinggi. Bila mob ini dalam skala besar, maka
bentuknya menjadi kerusuhan massa. Mereka melakukan pengrusakan fasilitas umum
dan apapun yang dipandang menjadi sasaran kemarahanannya.
C. PANIC
Adalah bentuk perilaku kolektif yang
tindakannya merupakan reaksi terhadap ancaman yang muncul di dalam kelompok
tersebut. Biasanya berhubungan dengan kejadian-kejadian bencana (disaster).
Tindakan reaksi massa ini cenderung terjadi pada awal suatu kejadian, dan hal
ini tidak terjadi ketika mereka mulai tenang. Bentuk lebih parah dari kejadian
panik ini adalah Histeria Massa. Pada histeria massa ini terjadi kecemasan yang
berlebihan dalam masyarakat. misalnya munculnya isue tsunami, banjir.
D. RUMORS
Adalah suatu informasi yang tidak dapat
dibuktikan, dan dikomunikasikan yang muncul dari satu orang kepada orang lain
(isu sosial). Umumnya terjadi pada situasi dimana orang seringkali kekurangan
informasi untuk membuat interpretasi yang lebih komprehensif. Media yang
digunakan umumnya adalah telepon.
E. OPINI PUBLIC
Adalah sekelompok orang yang memiliki
pendapat beda mengenai sesuatu hal dalam masyarakat. Dalam opini publik ini
antara kelompok masyarakat terjadi perbedaan pandangan / perspektif. Konflik
bisa sangat potensial terjadi pada masyarakat yang kurang memahami akan masalah
yang menjadi interes dalam masayarakat tersebut. Contoh adalah adanya perbedaan
pendangan antar masyarakat tentang hukuman mati, pemilu, penetapan
undang-undang tertentu, dan sebagainya. Bentuknya biasanya berupa
informasi yang beda, namun dalam kenyataannya bisa menjadi stimulator konflik
dalam masyarakat.
F. PROPAGANDA
Adalah informasi atau pandangan yang sengaja
digunakan untuk menyampaikan atau membentuk opini publik. Biasanya diberikan
oleh sekelompok orang, organisasi, atau masyarakat yang ingin tercapai
tujuannya. Media komunikasi banyak digunakan untuk melalukan propaganda ini.
Kadangkala juga berupa pertemuan kelompok (crowds).Penampilan dari public figure kadang kala menjadi senjata yang ampuh
untuk melakukan proraganda ini.
Kesimpulan
Psikologi adalah ilmu tentang perilaku dan
proses mental. Massa dapat diartikan sebagai bentuk kolektivisme
(kebersamaan). Oleh karena itu psikologi massa akan berhubungan perilaku yang
dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok massa. Fenomena kebersamaan ini
diistilahkan pula sebagai Perilaku Kolektif (Collective Behavior).
Dalam perilaku kolektif, seseorang atau
sekelompok orang ingin melakukan perubahan sosial dalam kelompoknya,
institusinya, masyarakatnya. Tindakan kelompok ini ada yang diorganisir, dan
ada juga tindakan yang tidak diorganisir. Tindakan yang terorganisir inilah
yang kemudian banyak dikenal orang sebagai gerakan social (Social Movement).
1 komentar:
Makasih kak..
Posting Komentar