LAPORAN
Hasil Observasi di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
Dosen Pengampu Psikologi Perkembangan II : Ibu Emma Yuniarrahmah, MA dan Ismira
Dewi, S.Psi, M.Psi, Psikolog
Di Susun Oleh :
Dhieny Agrina Khairani
I1C112223
Kelas A
Universitas Lambung Mangkurat
Fakultas Kedokteran
Program Studi Psikologi
2012/2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Fenomena
yang terjadi di kota besar saat ini, membuat sebagian masyarakat enggan untuk
mengurus kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia. Akhirnya dengan gampang
saja, mereka menitipkan kedua orang tuanya kepanti panti jompo disekitar.
Alasan mereka sangat sederhana, akibat terlalu sibuk dipekerjaan sehingga tidak
mempunyai waktu untuk mengasuh orang tuanya. Mereka menitipkan orang tuanya
dengan maksud supaya mendapatkan perawatan yang lebih dari setiap perawat
ataupun pengurus panti yang merawatnya. Tak heran di kota-kota
besar yang padat dengan segala bentuk aktivitasnya berdiri
panti-panti yang khusus mengurusi lansia.
1.2
Identitas dan Permasalahan Subjek
Panti
Jompo identik dengan tempat penampungan bagi orang yang sudah tua. Yang menjadi
pertanyaan : kategori orang tua bagaimana sebenarnya yang layak ditampung oleh
Panti Jompo?
·
Yang memang sebatang kara dan tidak
punya sanak saudara yang bisa merawatnya.
·
Yang masih memiliki sanak saudara bahkan
yang masih memiliki anak dan cucu tapi tidak mau bisa merawatnya.
Kita
semua pasti setuju kalo orang tua tersebut layak ditempatkan di Panti Jompo
dimana ada petugas atau sukarelawan yang bisa menemani dan merawat mereka
melalui hari-hari tua mereka yang. Ada alasan mengapa sanak saudaranya tidak
bisa merawat mereka apalagi yang masih mempunyai anak atau cucu.
Seperti
salah satu penghuni panti jompo tresna werdha budi sejahtera yang saya
wawancarai ini yang berinisial :
·
Nama : Sumiati
·
Tempat lahir : Kediri
·
Umur : ± 70 tahun
·
Jenis kelamin : Perempuan
·
Agama : islam
·
Alamat asal : Kediri
Beliau dititipkan oleh majikannya
kepanti jompo ini dikarenakan majikannya merasa kasihan karena tak ada yang
mengurusnya, menurut penuturan beliau kepada saya beliau tidak ingin berada
dipanti namun karena tidak memiliki keluarga di Kalimantan Selatan, orang tua
dan saudara beliau sudah meninggal. Sejak umur 10 tahun beliau dan keluarga
merantau ke Kalimantan Selatan, tetapi beberapa tahun kemudian orang tua beliau
kembali ke Kediri bersama saudara-saudara beliau. Seumur hidup beliau hanya
dihabiskan untuk mengabdi sebagai pembantu rumah tangga.
1.3 Tujuan
Observasi
Tujuan
dari observasi ini adalah untuk mengetahui kondisi fisik dan psikologis para
lansia dalam perkembangan masa dewasa lanjut yang ada di panti sosial tresna
werdha Budi Sejahtera, khususnya Ibu Sumiati.
1.4 Manfaat
Obseravsi
Manfaat
yang ingin dicapai dari diadakannya observasi ini adalah menambah wawasan dalam
memenuhi tugas Psikologi Perkembangan mengenai perkembangan masa dewasa lanjut,
dapat mengetahui bagaimana cara yang lebih baik dalam menangani para lansia,
baik dari segi fisik maupun psikologisnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Identifikasi
Masalah
Setelah
hasil kunjungan ke Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera pada Selasa lalu
(4 Juni 2013), panti jompo yang saya kunjungi memang dikelola oleh pemerintah
dan kondisi pantinya juga bagus dan terawat. Beberapa orang tua yang terlihat
sebenarnya belum terlihat tua renta alias masih sehat, segar bugar
dan bener-bener masih bisa menjaga diri sendiri. Bagi orang tua yang dititipkan
oleh keluarganya disana diwajibkan membayar iuran.
Ibu
Sumiati adalah salah satu penghuni panti sosial tresna werdha budi sejahtera.
Ibu Sumiati ini sudah renta sekali, beliau sudah tidak bisa melakukan
kegiatan-kegiatan yang ada dipanti sosial ini karena tubuhnya sudah tidak kuat
lagi, penglihatanya pun sudah kabur, dan pendengarannya sudah tidak jelas.
Ketika
saya mewancarai ibu Sumiati ini, ada beberapa hal yang saya dapatkan walau
beliau kadang berbicaranya kadang ngelantur dan cara berbicara beliau seperti
meluapkan emosi.
Beberapa
hal yang saya peroleh dari beliau :
- Sejak ditinggal keluarga beliau bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
- Beliau dititipkan oleh majikannya kepanti jompo ini dikarenakan majikannya merasa kasihan karena tak ada yang mengurusnya.
- Beliau sebenarnya tidak ingin berada dipanti namun karena tidak memiliki keluarga di Kalimantan Selatan, orang tua dan saudara beliau sudah meninggal. Sejak umur 10 tahun beliau dan keluarga merantau ke Kalimantan Selatan, tetapi beberapa tahun kemudian orang tua beliau kembali ke Kediri bersama saudara-saudara beliau. Seumur hidup beliau hanya dihabiskan untuk mengabdi sebagai pembantu rumah tangga.
- Beliau merasa senang disini karena masih ada orang-orang yang rela merawat dan memperhatikan beliau.
- Beliau menjalin hubungan kekerabatan baik sesama penghuni panti. Ini terlihat ketika beliau kelihatan akrab saat mengobrol sambil bersenda gurau.
2.2 Kajian Teori , Analisis Keseluruhan Aspek
Terkait Psikologi Perkembangan
2.2.1 Kajian Teori/Tinjauan Pustaka
Masa Dewasa Lanjut
Usia
lanjut adalah periode penutup dalam rentang kehidupan seseorang, yaitu suatu
periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan atau beranjak dari waktu ke waktu yang penuh dengan manfaat.
Apabila seseorang sudah beranjak jauh dari periode hidupnya yang terdahulu,
maka ia akan sering melihat masa lalunya, biasanya dengan penuh penyesalan, dan
cenderung ingin hidup pada masa sekarang dan mencoba mengabaikan masa depan
sedapat mungkin.
Setiap
individu pada masa dewasa akhir/lanjut mengalami apa yang disebut dengan
penuaan. Penuaan di sini didefinisikan sebagai transformasi organisme manusia
setelah usia kematangan fisik, sehingga probabilitas kelangsungan hidup menurun
dan itu disertai dengan teraturnya transformasi atau perubahan dalam penampilan, perilaku, pengalaman, dan peran
sosial.
Akibat
perubahan fisik yang semakin menua, maka perubahan ini akan sangat berpengaruh
terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkungannya. Dengan semakin lanjut
usia seseorang, secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya karena berbagai keterbatasan yang dimiliknya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial para lansia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitasnya, sehingga hal ini secara perlahan mengakibatkan terjadinya
kehilangan dalam berbagai hal, seperti kehilangan peran di tengah masyarakat,
hambatan kontak fisik, dan berkurangnya komitmen.
Tugas dan Karakteristik Perkembangan Pada Masa
Usia Lanjut
Tugas perkembangan pada masa
usia lanjut meliputi :
1. Menyesuaikan
diri dengan perubahan fisik dan kesehatan.
2. Menyesuaikan
diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income (penghasilan) keluarga.
3. Menyesuaikan
diri dengan kematian pasangan hidup.
4. Membentuk
hubungan dengan orang-orang yang seusia.
5. Membentuk
pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
6. Menyesuaikan
diri dengan peran sosial secara luwes.
Karakteristik
perkembangan pada masa usia lanjut :
1. Karakteristik
perubahan fisik
a. Terjadi
perubahan sel primer.
b. Terjadi
perubahan sel di otak.
c. Terjadi
perubahan di otak.
d. Terjadi
perubahan di jaringan.
e. Terjadi
perubahan di panca indera.
f. Terjadi
perubahan seksual.
g. Terjadi
perubahan bentuk tubuh, seperti daerah kepala, tubuh, dan persendian.
2. Karakteristik
perubahan kognitif
a. Terjadi
perubahan belajar.
b. Terjadi
perubahan kreativitas.
c. Terjadi
perubahan ingatan.
d. Terjadi
perubahan mengenang.
e. Terjadi
perubahan pembendaharaan kata.
3. Karakteristik
perkembangan sosioemosional
a. Merupakan
periode kemunduran fisik dan mental.
b. Perubahan
peran.
c. Penyesuaian
yang buruk.
d. Keinginan
menjadi muda kembali sangat kuat.
e. Perubahan
minat
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan
Karakteristik
Faktor-faktor yang
mempengaruhi penuaan disebutkan dalam Teori Biologis yang dapat dibagi dalam :
1. Teori
genetik
2. Teori
non-genetik, seperti teori radikal bebas, teori cross-link, teori kekebalan,
dan teori fisiologis.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan kognitif pada masa usia lanjut :
1. Kesehatan
2. Status
sosial
3. Status
ekonomi
4. Tempat
tinggal
5. Seks
6. Status
pernikahan
7. Nilai
Faktor-faktor
yang mempengaruhi sosioemosional pada masa usia lanjut :
1. Teori
Pelepasan (disengagement theory)
Mengacu
ke sebuah proses terelakkan, di mana banyak hubungan antara seseorang dan
anggota masyarakat yang putus dan yang tersisa yang berubah dalam kualitas.
Penarikan dapat diprakarsai oleh penuaan orang atau oleh masyarakat, dan dapat
parsial atau total. Itu membuktikan bahwa orang tua kurang terlibat dengan
kehidupan dibandingkan dengan mereka yang lebih muda.
2. Teori Life-Course (life-course theory)
Maksudnya
bagaimana agar pada masa dewasa akhir ini seorang individu mengalami penuaan
yang berhasil dan tidak melewatkan satupun tugas perkembangannya.
3. Teori
Aktivitas (activity theory)
Teori
ini menekankan pentingnya berkesinambungan dengan kegiatan sosial. Semakin
aktif dan terlibat orang-orang dewasa lanjut, semakin kecil kemungkinan mereka menjadi renta dan semakin besar
kemungkinan mereka merasa puas dengan kehidupan mereka.
4. Teori
Kesinambungan (continuity theory)
Menyatakan
bahwa orang lanjut usia mencoba untuk melestarikan dan menjaga struktur
internal dan eksternal dengan cara menggunakan strategi yang menjaga
kesinambungan. Itu berarti bahwa orang tua dapat mencoba menggunakan strategi
yang familiar dalam bidang kehidupan. Kontinuitas terori memiliki potensi yang
sangat baik untuk menjelaskan bagaimana orang menyesuaikan diri dengan penuaan
mereka sendiri. Orang dewasa cenderung menggunakan kontinuitas sebagai strategi
adaptif untuk menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi selama penuaan yang
normal.
2.2.2 Analisis Keseluruhan Aspek terkait Psikologi
Perkembangan
Ditinjau dari segi umur Ibu Sumiati,
beliau berada pada tahap lanjut usia (elderly)
yang berkisar antara 60 – 74 tahun (menurut WHO). Dimana lansia (lanjut usia) adalah fase menurunnya
kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam
hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia
mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup
berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki
selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati.
Tahap usia lanjut
adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang penururnanya lebih
jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya. Penuaan merupakan
perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang
mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia , penuaan dihubungkan
dengan perubahan degenerative pada kulit, tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru,
saraf dan jaringan tubuh lainya. Dengan kemampuan regeneratife yang terbatas,
mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan
dibandingkan dengan orang dewasa lain.
Penurunan
ini terutama penurunan yang terjadi pada kemampuan otak, dalam Al-Qur’an juga
telah diterangkan dalam surat An-Nahl ayat 70 yaitu :
Artinya: “Allah
menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah
(pikun), supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Kuasa (QS. An
–Nahl ayat 70)”
Selain di kategorikan umur, Ibu
sumiati juga sudah memenuhi ciri-ciri perkembangan lanjut usia (menurut
Hurlock), antara lain:
1.
Usia lanjut
merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia
sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat
berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki
motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka
kemunduran itu akan lama terjadi.
2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok
minoritas
Lansia memiliki status
kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat
klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti : lansia
lebih senang mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang
lain.
3.
Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan
karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada
lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar
tekanan dari lingkungan.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang
lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk.
Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang
buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
Penurunan Fisik Lansia
Ditinjau
dari fisik ibu Sumiati, beliau sudah mengalami kemunduran fisik antara lain
beliau sudah tidak mampu lagi berjalan, berdiri lama, duduk lama di karenakan
penyakit rheumatic beliau derita, kulit keriput, penurunan penglihatan dan pendengaran dan
lain sebagainya.
Penuaan
membuat sesorang mengalami perubahan postur tubuh. Kepadatan tulang dapat berkurang, tulang belakang dapat
memadat sehingga membuat tulang punggung menjadi telihat pendaek atau
melengkung. Perubahan ini dapat mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga terjadi osteoporosis, dan masalah ini
merupakan hal yang sering dihadapi oleh para lansia.
Penuaan yang terlihat
pada kulit di seluruh tubuh lansia, kulit menjadi semakin menebal dan kendur
atau semakin banyak keriput yang terjadi. Rambut yang menjadi putih juga
merupakan salah satu cirri-ciri yang menandai proses penuaan. Kulit yang menua
menjadi menebal, lebih terlihat pucat dan kurang bersinar. Perubahan-perubahan
yang terjadi dalam lapisan konektif ini dapat mengurangi kekuatan dan elasitas
kulit, sehingga para lansia ini menjadi lebih rentan untuk terjadinya
pendarahan di bawah kulit yang mengakibatkan kulit mejadi tampak biru dan
memar. Pada penuaan kelenjar ini mengakibatkan kelenjar kulit mengasilkan
minyak yang lebih sedikit sehingga menyebabkan kulit kehilangan kelembabanya
dan mejadikan kulit kering dan gatal-gatal. Dengan berkurangnya lapisan lemak
ini resiko yang dihadapi oleh lansia menjadi lebih rentan untuk mengalami cedera
kulit.
Alat-alat indra perseptual juga
mengalami penuaan sejalan dengan perjalanan usia. Alat-alat indra menjadi
kuranng tajam, dan orang dapat mengalami kesulitan dalam membedakan sesuatu
yang lebih detail, misalnya ketika seorang lansia di suruh untuk membaca koran
maka orang ini akan mengalami kesulitan untuk membacanya, sehingga dibutuhkan
alat bantu untuk membaca berupa kacamata. Perubahan alat sensorik memiliki
dampak yang besar pada gaya hidup sesorang. Seseorang dapat mengalami masalah
dengan komunikasi, aktivitas, atau bahkan interaksi sosial.
Pendengaran dan pengelihatan
merupakan indra yang paling banyak mengalami perubahan, sejalan dengan proses
penuaan indra pendengaran mulai memburuk. Gendang telinga menebal sehingga
tulang dalam telinga dan stuktur yang lainya menjadi terpengaruh. Ketajaman
pendengaran dapat berkurang karena terjadi perubhan saraf audiotorik. Kerusakan
indara pendengaran ini juga dapat terjadi karena perubahan pada lilin telinga
yang biasa terjadi seiring bertambahnya usia.
Struktur mata juga berubah karena
penuaan. Mata memproduksi lebih sedikit air mata, sehingga dapat me,buat mata
menjadi kering. Kornea menjadi kurang sensitive. Pada usia 60 tahun, pupil mata
berkurang sepertiga dari ukuran ketika berusia 20 tahun. Pupil dapat bereaksi
lebih lambat terhadap perubahan cahaya gelap ataupun terang. Lensa mata menjadi
kuning, kurang fleksibel, dan apabila memandang menjadi kabur dan kurang jelas.
Bantalan lemak pendukung berkurang, dan mata tenggelam ke kantung belakang. Otot
mata menjadikan mata kurang dapat berputar secara sempurna, cairan di dalam
mata juga dapat berubah. Masalah yang paling yang paling umum dialami oleh
lansia adalah kesulitan untuk mengatur titik focus mata pada jarak tertentu
sehingga pandangan menjdi kurang jelas.
Perubahan fisik pada
lansia lebih banyak ditekankan pada alat indera dan sistem saraf mereka. Sistem
pendengaran, penglihatan sangat nyata sekali perubahan penurunan keberfungsian
alat indera tersebut. Sedangkan pada sistem sarafnya adalah mulai menurunnya
pemberian respon dari stimulus yang diberikan oleh lingkungan. Pada lansia juga
mengalami perubahan keberfungsian organ-organ dan alat reproduksi baik pria
ataupun wanita. Dari perubahan-perubahan fisik yang nyata dapat dilihat membuat
lansia merasa minder atau kurang percaya diri jika harus berinteraksi dengan
lingkungannya (J.W.Santrock, 2002 :198). Dari
penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan berkenaan dengan cirri-ciri fisik
lansia yaitu sebagi berikut (1) postur tubuh lansia mulai berubah bengkok
(bungkuk),(2) kondisi kulit mulai kering dan keriput,(3) daya ingat mulai
menurun,(4) kondisi mata yang mulai rabun,(5) pendengaran yang berkurang.
Menurut Hurlock (1980) terjadi perubahan fisik
berupa penampilan pada usia dewasa akhir, diantanya adalah :
1.
Daerah kepala
- Hidung menjulur lemas
- Bentuk mulut akan berubah karena
hilangnya gigi
- Mata kelihatan pudar
- Dagu berlipat dua atau tiga
- Kulit berkerut dan kering
- Rambut menipis dan menjadi putih
2.
Daerah Tubuh
·
Bahu
membungkuk dan tampak mengecil
·
Perut
membesar dan tampak membuncit
·
Pinggul
tampak menggendor dan tampak lebih besar
·
Garis
pinggang melebar
·
Payudara
pada wanita akan mengendor
3.
Daerah persendian
·
Pangkal
tangan menjadi kendor dan terasa berat
·
Kaki
menjadi kendor dan pembuluh darah balik menonjol
·
Tangan
menjadi kurus kering
·
Kaki
membesar karena otot-otot mengendor
·
Kuku
tangan dan kaki menebal, mengeras dan mengapur.
Pada
umumnya perubahan pada masa lansia meliputi perubahan dari tingkat sel sampai
kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran,
penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal,
gastrointestinal, genito urinaria,
endokrin dan integument.
Penurunan
kognitif pada lansia
Ditinjau
dari kognitif Ibu Sumiati, beliau mengalami penurunan dalam meproses informasi
namun beliau masih mengingat kejadian-kejadian lampau yang pernah beliau alami.
Ada 3
komponen penting yang berpengaruh terhadap fungsi
kognitif individu berusia lanjut, antara
lain sebagai berikut :
1. Pendidikan
Fasilitas
pendidikan, semakin tahun memang semakin meningkat, sehingga generasi sekarang
memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik daripada
generasi sebelumnya. Pengalaman-pengalaman di dunia pendidikan, ternyata
berkorelasi positif dengan hasil skor pad tes-tes inteligensi dan tugas-tugas
pengolahan informasi (ingatan) (Verhaegen, Marcoen & Goossens, 1993).
Dinegara-negara maju, beberapa lansia masih berusaha untuk mengikuti pendidikan
yang lebih tinggi. Alasan-alasan yang dikemukakan antara lain:
- Ingin memahami sifat dasar
penuaan yang dialaminya
- Ingin mempelajari perubahan
social dan teknologi yang dirasakan mempengaruhi kehidupannya.
- Ingin menemukan pengetahuan
yang relevan dan mempelajari ketrampilan-ketrampilan yang relevan untuk
mengantisipasi permintaan-permintaan masyarakat dan tuntutan pekerjaan,
agar tetap dapat berkarier secara optimal dan mampu bersaing dengan
generasi sesudahnya.
- Ingin mengisi waktu luang agar
lebih bermanfaat, serta sebagai bekal untuk mengadakan penyesuaian diri
dengan lebih baik pada masa pensiunnya.
Ibu Sumiati
hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 3 sekolah dasar di Kediri. Pendidikan
yang kurang dialami Ibu Suami menjadi salah satu faktor penurunan kognitif pada
beliau.
2. Pekerjaan
Searah
dengan kemajuan teknologi biasanya orang-orang dewasa lanjut, sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki, cenderung bekerja dengan jenis pekerjaan yang belum
mengarah ke orientasi kognitif, seperti generasi sesudahnya. Hal ini
mengakibatkan banyak tenaga dewasa lanjut yang harus tersingkir dari
dunia kerja karena tidak mampu lagi bersaing dengan generasi yang berikutnya.
Ibu Sumiati
yang sejak remaja hingga dewasa bekerja sebagai pembantu rumah tangga cenderung
membuat kompetensi beliau tidak tergali. Sehingga pekerjaan beliau hanya
sebatas pembantu rumah tangga saja.
3.
Kesehatan
Dari hasil
penelitian kondisi kesehatan berkorelasi positif dengan kemampuan intelektual
individu (Hultsch, Hammer & Small, 1993). Seperti satu hasil penelitian
yang menemukan bahwa hipertensi ternyata berkorelasi dengan berkurangnya
performance pada tes WAIS pada individu berusia di atas 60 tahun (Wilkie &
Eisdorfer, 1971). Semakin tua, semakin banyak masalah kesehatan yang dihadapi
(Siegler & Costa, 1985). Jadi beberapa penurunan kemampuan intelektual yang
ditemukan pada orang-orang dewasa lanjut sangat mungkin disebabkan oleh
factor-faktor yang terkait dengan kesehatan daripada factor usia semata.
Gaya hidup
individu juga berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisiknya. Pada satu
penelitian ditemukan bahwa ada hubungan antara aktivitas olahraga dengan
kecakapan kognitif pada Subjek pria dan wanita berusia 55-91 tahun
(Clarkson, Smith & Hartley, 1989). Orang-orang yang giat berolahraga
memiliki kemampuan penalaran, ingatan dan waktu reaksi lebih baik daripada
mereka yang kurang/tidak pernah berolah raga.
Seperti yang
dialami Ibu Sumiati, kondisi kesehatan beliau mulai menurun, beliau tidak bisa
melakukan aktivitas seperti biasa lagi. Untuk berjalan saja beliau susah,
apalagi untuk melakukan kegiatan olahraga. Inilah salah satu penghambat
kemampuan intelektual beliau.
Perkembangan
Emosional
Ketika
saya mewancarai ibu Sumiati ini, ada beberapa hal yang saya dapatkan walau
beliau kadang berbicaranya kadang ngelantur dan cara berbicara beliau seperti
meluapkan emosi.
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia
kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan
para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang
dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi,
ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung
sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan
yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.
Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya
gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut
usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia
yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit
penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya.
Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada
lanjut usia adalah kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan
akibat perubahan perubahan fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya dan
kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan
tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme
psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan– kebutuhan dirinya
tanpa menimbulkan masalah baru.
Perubahan
Kemampuan Mental pada Usia Lanjut
Pada masa lalu diduga bahwa kerusakan mental
yang tidak dapat dihindari juga diikuti oleh kerusakan
fisik. Menurunnya kondisi fisik yang menunjang kerusakan mental telah
ditunjukan dengan fakta bahwa perlakuan terhadap hormon seks pada wanita
berusia lanjut dapat meningkatkan kemampuan berfikir, mempelajari bahan baru,
menghafal, mengingat, dan meningkatkan kemauan untuk mengeluarkan energi
intelektual. Pada pihak lain beberapa kondisi pathologis seperti tekanan darah
tinggi, mengarah pada hilangnya kemampuan intelektual pada usia lanjut meskipun
menurut Wilkie dan Eisdorfer bahwa gangguan-gangguan semacam itu bukan
merupakan bagian dari proses ketuaan yang normal (Hurlock, 1980).
Namun, tidak ada usia tertentu yang dianggap
sebagai awal mula terjadinya penurunan mental dan tidak ada pola khusus dalam
penurunan mental yang berlaku untuk semua orang.
Ditinjau dari kondisi Ibu Sumiati, penurunan
kemampuan mental pada beliau tidak terlalu signifikan. Ini dikarenakan beliau
masih mampu mengingat hal-hal yang terjadi pada masa lalu dan masih bisa
melakukan kegiatan yang ada di panti sseperti membuat kerajinan tangan.
Lingkungan
Sosial Orang Dewasa Lanjut
Menurut Santrock (2002) Tiga teori yang
menonjol, yaitu :
a.Teori
pemisahan (disangagement theory)
Teori pemisahan menyatakan bahwa orang-orang
dewasa lanjut secara perlahan-lahan menarik diri dari masyarakat (Cumming &
Henry (2002), dalam Santrock).
Penurunan interaksi sosial dan peningkatan
kesibukan terhadap diri sendiri dianggap mampu meningkatkan kepuasan diantara
orang-orang dewasa lanjut, rendahnya semangat juang akan mengiringi aktivitas
yang tinggi dan pemisahan tidak dapat dihindari bahkan dicari-cari oleh orang
usia lanjut. Serangkaian penelitian gagal mendukung penelitian ini (Maddox,
1968; Neugarten, Havighurst & Tobin, 1968; Reichard, Levson & Peterson,
1962). Ketika individu terus hidup secara aktif, energik, dan produktif sebagai
orang dewasa lanjut, kepuasan hidup mereaka tidak menurun; sering kali tetap
meningkat.
Ditinjau dari lingkungan sosial ibu Sumiati
tidak terlihat ada pemisahan antar mereka. Namun, jika ditinjau dari keseluruhan
sangat jelas terlihat pemisahan itu, karena mereka kelompok minoritas lanjut
usia yang dipisahkan dari lingkungan masyarakat.
b.Teori
aktivitas (activity theory)
Teori aktivitas menyatakan semakin orang-orang
dewasa lanjut aktif dan terlibat, semakin kecil mereka mersa renta dan semakin
besar kemungkinan mereka merasa puas dengan kehidupannya. Teori ini menyatakan
bahwa individu-individu seharusnya melanjutkan peran-peran masa dewasa
tengahnya disepanjang masa dewasa akhir; jika peran-peran itu diambil dari
mereka (PHK), penting bagi mereka untuk menemukan peran-peran pengganti yang memelihara
keaktifan dan keterlibatan mereka di dalam aktivitas-aktivitas kemasyarakatan.
Ditinjau dari aktivitas yang ada di lingkungan
ibu Sumiati, aktivitas mereka sangatlah dibatasi. Mereka hanya boleh melakukan
aktivitas di lingkungan wisma mereka masing-masing. Padahal itu hanya akan
membuat mereka tidak puas dengan kehidupan karena mereka tidak bisa langsung
beraktivitas dengan masyarakat. Tetapi, dengan adanya kegiatan setiap minggu,
yang dilakukan oleh beberapa orang untuk memberikan keterampilan kepada para
lansia. Itu akan mengganti keterlibatan mereka dalam masyarakat.
c. Teori
rekonstruksi gangguan sosial (social breakdwown-reconstruction theory)
Teori ini menyatakan bahwa penuaan dinyatakan
melalui fungsi psikologis negatif
yang dibawa oleh pandangan-pandang negatif tentang dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut yang tidak
memadainya penyediaan layanan untuk mereka. Rekonstruksi sosial dapat terjadi
dengan merubah pandangan dunia sosial
dari orang-orang dewasa lanjut dan menyediakan sistem-sistem yang mendukung mereka. Gangguan sosial dimulai dengan pandangan dunia sosial yang negatif
dan diakhiri dengan identifikasi
serta pemberian label seseorang sebagai individu yang tidak mampu. Masyarakat melihat orang tua sebagai tidak mampu
dan kuno.
Social Breakdown
• Struktur masyarakat yang tidak memberikan kesempatan pada lansia
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.
• Masyarakat mengembangkan stereotip negative para lansia
Menurut saya Social Breakdown ini sering terjadi pada
para lansia yang berada langsung dalam ruang lingkup masyarakat. Seperti yang pernah dialami Ibu Sumiati, sebelum
beliau berada dipanti. Beliau bekerja sebagai ibu rumah tangga. Itu berarti Ibu
Sumiati tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi. Jika masyarakat
tidak mengembangkan streotip negatif kepadapara lansia. Maka mereka pun masih
bisa melibatkan diri dalam kegiatan yang ada dalam masyarakat baik langsung
maupun tidakk langsung.
Social Recontruction
• Struktur masyarakat yang memberi kesempatan pada lansia untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki
• Masyarakat memberi kesempatan pada lansia sebagai bagian yang aktif
dan partisipatif dalam masyarakat.
Hal ini berbanding
terbalik dengan apa yang terjadi pada lansia dalam lingkungan masyarakat,
mereka berada dalam panti sosial tresna werdha ini mendapatkan kesempatan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki. Seperti ibu Sumiati yang mendapatkan
kegiatan pelatihan keterampilan tangan seperti menyulam, membuat bross, dan
keterampilan lainnya. Secara tidak langsung mereka yang berada di panti sudah
bisa turut aktif dalam masyarakat.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari uraian-uraian diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa Ibu Sumiati dititipkan oleh majikannya kepanti jompo
ini dikarenakan majikannya merasa kasihan karena tak ada yang mengurusnya,
menurut penuturan beliau kepada saya beliau tidak ingin berada dipanti namun
karena tidak memiliki keluarga di Kalimantan Selatan, orang tua dan saudara
beliau sudah meninggal. Selain itu beberapa anak menitipkan orang tuanya
kepanti sosial dikarenakan sibuk bekerja, sehingga si anak lebih memilih
minitipkan orang tuanya ke panti werdha agar ada yang mengurusnya.
Panti Werdha menjadi pilihan yang baik untuk
menikmati hari tua. Pandangan masyarakat tentang Panti Werdha dan orang tua
yang dititipkan di sana agaknya perlu diluruskan. Orang tua yang dititipkan di
Panti Werdha tidak berarti mereka terbuang, mereka tetap memiliki keluarga yang
merupakan bagian penting dari keberadaannya.
Di panti werdha mereka menemukan teman yang
relatif seusia dengannya di mana mereka dapat berbagi cerita karena keberadaan
lansia yang ada di panti ini memiliki karakter dan problema yang berbeda-beda,
maka perlu penanganan khusus.
Di tempat ini mereka diberikan hal-hal yang
positif seperti program-program pelayanan sosial yang bisa memberikan kesibukan
untuk mereka sebagai pengisian waktu luang, diantaranya pemberian bimbingan
sosial, bimbingan mental spiritual (seperti pembacaan yasin, maulid, ceramah,
dan lain-lain), penyaluran bakat dan hobi, senam, dan banyak kegiatan lainnya.
Selain itu, mereka juga mendapatkan pelayanan dari para pekerja sosial untuk
bisa menjalani hari-harinya dengan ceria.
3.2
Kritik dan Saran
Sebenarnya,
yang dibutuhkan para lansia disana mungkin bukan sumbangan kebutuhan pokok
walaupun tidak diragukan hal tersebut memang diperlukan, tapi mungkin kebutuhan
bagi rohani mereka ada seseorang yang bisa mendengarkan mereka berbicara maupun
saling berbagi. Memang ada petugas tapi mereka juga tidak mungkin memberikan
perhatian kepada tiap-tiap orang tua.
Semoga
kita dapat menyadari betapa besar jasa orang tua kita dan tolong jangan sampai
pernah berpikir untuk mengirim orang tua yang telah bersusah payah membesarkan
kita ke Panti Jompo. mari kita lebih menghargai orang tua kita,
ungkapkan terima kasih kita, kalo gak ada mereka kita gak mungkin bisa jadi
kita yang seperti ini.
Daftar Pustaka
- Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Jakarta : Erlangga.
- Santrock, John W. 2002. Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup Edisi 5 Jilid 2). Jakarta : Erlangga.